Sebaik manapun sesuatu makanan itu, ia tetap akan memudaratkan kesihatan jika diambil secara "berlebihan" - Dr Andrew Weil

Sunday, October 20, 2013

KENAPA ANTIBIOTIK PERLU DIHABISKAN?

Anda pernah dinasihat oleh doktor supaya menghabiskan antibiotik yang diberi? Kenapa? Mesti ada sebab tertentu kenapa ia perlu dihabiskan.


Kalau makan nasi tidak habis, sisanya boleh  diberikan pada ayam. Ayam suka  kerana dapat makan, manusianya juga terhindar dari risiko gemuk akibat makan berlebihan. Tapi kenapa kalau minum/makan  antibiotik tidak boleh ada yang disisakan?


Meski tidak dianjurkan dan bahkan dilarang keras oleh doktor dan apoteker, beberapa pasien punya kebiasaan buruk menyisakan antibiotik yang seharusnya diminum/telan  sampai habis. Memang bukan untuk diberikan pada ayam seperti halnya sisa nasi, melainkan dibuang atau disimpan untuk jaga-jaga kalau nanti sakit lagi atau malas minumnya kerana merasa sudah sembuh.

"Minum antibiotik tidak boleh ada sisa. Hindari juga menggunakan antibiotik sisa sakit sebelumnya, kerana belum tentu efektif," tegas ahli mikrobiologi Fakulti Farmasi Universiti Indonesia, Prof Dr Maksum Radji, M.Biomed saat dihubungi detikHealth seperti ditulis Rabu (5/9/2012).

Imbauan ini diberikan Prof Maksum berhubung  adanya kecenderungan sebagian pasien untuk menghentikan peenggunaan  antibiotik saat merasa sakitnya mulai membaik. Kerana merasa sembuh, antibiotik yang diberikan oleh doktor tidak dihabiskan lalu sisanya disimpan atau dibuang.

Padahal saat badan mulai terasa enak, kuman penyebab penyakit belum tentu semuanya mati. Sebagian mungkin baru sekarat atau pengsan, lalu saat penggunaan antibiotik dihentikan akan hidup lagi dan menjadi lebih kebal jika kelak diberikan antibiotik yang sama dengan dos yang sama pula.

Masih berhubung  kecenderungan untuk tidak menghabiskan antibiotik, ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Drs M Dany Pratomo, MM, Apt menilainya sebagai bagian dari 'kreativitas' pasien. Kreativiti yang salah kaprah itu memiliki beberapa kemungkinan latar belakang.

"Mungkin  kerana tidak tahu (aturan pakai antibiotik), mungkin juga kerana sedang mencuba untuk berhemat," kata Drs Dany.

Boleh  jadi, mahalnya harga ubat dan belum meratanya sistem jaminan kesihatan mendorong pasien kurang mampu untuk cuba-cuba menyiasati kos pengubatan. Kalau merasa sakitnya sudah membaik, antibiotik tidak dihabiskan lalu disimpan untuk persediaan agar kelak kalau sakit tidak perlu beli lagi.

sumber: health.detik.com

No comments:

Post a Comment